Kalau ada orang yang berani memastikan anakan anis merah(punglor merah, anis bata, punglor bata) tertentu adalah jantan atau betina, maka itu hanyalah para pemetik anakan anis merah (AM) di penangkaran alam atau di penangkaran rumahan. Selain mereka, tidak ada yang bisa memberikan jaminan 100% jantan atau betina.
Para pengepul anis merah di Bali sana misalnya, mereka tahu bahwa anakan ini atau itu adalah jantan atau betina, juga karena anis merah tersebut sudah diberi tanda sebelumnya atau sudah dipilah-pilahkan oleh pemetik langsung anis merah begitu selesai dipanen.
Jadi, apakah para pemetik itu tahu ciri-ciri anakan anis merah jantan atau betina? Tidak juga. Ceritanya, mereka memilah jantan betina anakan ya langsung setelah mereka ambil dari sarang. Jika di sarang itu ada dua anakan, maka yang besar akan dia ambil dan masukkan ke kotak dengan tanda “jantan”. Sedangkan yang kecil dimasukkan ke kotak bertanda “betina”. Sedangkan kalau anakan anis merah ada tiga, maka yang terbesar dimasukkan ke kotak “jantan” yang dua lainnya ke kotak “betina”. Kalau anakan hanya satu, ketimbang ambil risiko tidak dipercaya orang, dia akan memasukkannya ke kotak “betina”.
Nah selanjutnya, anakan anis merah yang ada di “kotak anis merah jantan” dan “kotak anis merah betina” itu mereka serahkan ke pengepul. Selang beberapa hari setelah anakan anis merah di “kotak anis merah jantan” relatif kuat, maka dipasanglah ring atau cincin ke kaki-kaki burung itu. Sementara yang betina tidak diberi cincin atau ring burung.
Kepada para pembeli atau pedagang yang datang ke mereka itulah pengepul berani menyatakan “ini jantan dan itu betina” berdasarkan ring yang sudah mereka pasang. Sementara para pedagang sendiri, yang menjualnya ke para pengecer di pasar burung atau pembeli lain, juga berani memastikan jantan-betina anis merah berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari pengepul.
Pemetik juga bingung
Dengan paparan di atas, saya hanya ingin mengatakan bahwa para pemetik anakan anis merah sendiri juga akan bingung memilih anakan anis merah jantan atau betina kalau mereka mencampur adukkan anakan-anakan anis merah yang mereka petik tanpa memilahnya langsung begitu dia mengambil dari sarang di hutan/kebun.
Mengapa demikian? Ya, memang demikianlah cerita yang saya dapat ketika saya berkesempatan main ke pengepul anis merah di Pupuan, Om Zaenal. Juga perlu digarisbawahi bawah anis merah adalah burung monomorfik (bukan dimorfik) yang tidak bisa dibedakan jantan-betinanya kalau hanya melihat dari tampilan luar. (Untuk lebih jelas mengenai apa itu monomorfik, lihat tulisan: Perbedaan burung jantan dan betina).
Lantas mengapa ada yang bisa memastikan jantan-betinanya anis merah anakan berdasar ciri fisik tertentu? Ya, sejauh pengalaman saya, maka hal itu bisa dilakukan berdasarkan feeling yang terbentuk karena jam terbang yang tinggi. Hanya saja, saya yakin, mereka juga tidak akan bisa memberikan jaminan 100%.
Kalau ada yang mau memberikan jaminan 100%, maka saya pantas memberi dia julukan “The Master”. Taruhlah saya sodorkan 10 anakan anis merah, dan saya minta dia memilahnya berdasarkan jantan dan betinanya, kemudian kita tunggu 3-4 bulan sampai anakan itu menunjukkan tanda-tanda perilaku/suara jantan-betina. Nah kalau bisa tepat 100% pemilihan yang dia lakukan, maka benar-benarlah dia pantas disebut The Master. Adakah yang berani menerima tantangan ini?
Ringa “Jantan Palsu”
Oke, sebelum saya menutup tulisan ini, ada baiknya saya ingatkan bahwa di pasaran banyak burung anis merah betina yang diberi ring seolah-olah itu adalah ring keluaran pengepul tertentu di Bali sana. Nah, ini disebut ring “jantan palsu”. Tujuannya ya tentu untuk menaikkan harga jual.
Apakah para pengepul tidak protes atau menggugat atas pemasangan ring palsu atas nama mereka itu? Nah, ini merupakan dilema bagi mereka. Sebab, kalau mereka protes atau bahkan menggugat, maka dipastikan mereka bakal merugi besar karena tidak ada pedagang yang mau membeli anakan-anakan anis merah betina mereka. Padahal, pemilik kebun penangkaran anis merah juga tidak akan mau kalau hanya anakan anis merah jantan mereka yang dibeli. Nggak peduli jantan atau betina, harus diambil oleh para pengepul langganan mereka.
Lantas bagaimana kita bisa memastikan bahwa anakan anis merah yang kita beli adalah jantan? Oke, tambahlah budget pembelian Anda dan datanglah ke pedagang yang khusus menjual anakan termasuk anis merah anakan di pasar burung manapun. Datanglah dengan gaya seorang penghobi berkantung tebal. Tidak perlu Anda melihat-lihat anakan anis merah. Begitu datang, ngobrol-ngobrol dulu. Dan setelah itu langsung saja bilang (kira-kira begini), “Bos, aku mau beli tolong pilihkan yang jantan. Aku mau tambah uang. Kalau nanti terbukti nggak jantan, aku kembalikan dan aku minta uang pemeliharaan. Kalau nggak mau terima, aku sama kawan-kawan nggak mau kembali ke sini lagi.”
Nah sobat, pedagang burung yang sudah mapan di pasar manapun, tidak akan mau ambil risiko kehilangan pelanggan meski hanya satu. Oleh karena itu, dengan Anda berkata demikian, maka dia akan memgambilkan anakan anis merah yang memang bercincin jantan aseli dari pengepul/pemetik di Bali sana. Kalau dia tidak ada stok, maka dia akan bilang tidak ada, atau akan minta Anda kembali sehari-dua hari kemudian kalau stok baru sudah datang. Atau bisa saja dia ambilkan dari teman pedagang lain di pasar tersebut atau di tempat lain.
Begitulah memang, bahwa kalau Anda ingin memiliki burung yang benar-benar seperti yang Anda inginkan, keluarkan budget lebih. Orang Jawa bilang, “Jer basuki mawa bea” (setiap kebaikan memerlukan biaya).
sumber : http://omkicau.com/