Posted by : Guppy
Senin, 24 Maret 2014
Ikan nilem baik untuk kesehatan & kantung
Ikan nilem baik untuk kesehatan & kantung oleh : Nurudin Abdullah |
Ikan goreng tidak selalu disajikan sebagai lauk untuk teman makan nasi. Buktinya, ikan nilem asal Tasikmalaya, Jawa Barat, yang digoreng kering cukup nikmat untuk disajikan dalam bentuk makanan ringan.
Apalagi nilem (osteochilus hasseltii) termasuk jenis ikan organik, karena dibudidayakan secara alamiah di kolam air tawar dengan pakan dedaunan dan plankton atau lumut yang menempel.
Pemeliharaan ikan asli Indonesia itu tidak perlu diberikan pakan tambahan berupa pelet yang merupakan produk pabrikan. Karena itulah nilem disebut ikan organik.
Ikan nilem goreng untuk makanan ringan maupun sebagai lauk teman makan nasi itu proses produksinya tidak menggunakan bahan pengawet dan penyedap rasa serta zat warna.
Menurut hasil penelitian Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, ikan nilem goreng memiliki kandungan kadar protein yang cukup besar mencapai 38,83%, kadar kalsium 0,98% dan kadar air 3,14%.
Jenis ikan bertubuh bulat panjang sekitar 23 cm itu di Jawa Tengah disebut wader, di Sumatra dinamakan pawas atau palon dan di Kalimantan dinamakan payon, merupakan salah satu jenis makanan sehat, bergizi dan kaya protein untuk segala umur.
"Dengan unsur nutrisi yang kandungan protein dan kalsiumnya cukup tinggi, maka ikan nilem sangat baik untuk kesehatan gizi anak balita hingga orang dewasa," kata Ateng Gurnia Jagatraya, Ketua Divisi Budidaya DPP Serikat Nelayan dan Petani Ikan Nusantara (Senusa), di Jakarta.
Prospek usaha budi daya, pengolahan dan perdagangan ikan nilem goreng sangat cerah, baik di dalam dan luar negeri. Sebab, orang yang gemar memakan ikan, terutama ikan air tawar, sekarang ini cenderung terus meningkat.
Peningkatan itu terjadi seiring dengan gencarnya Departemen Kelautan dan Perikanan mensosialisasikan gerakan gemar makan ikan di masyarakat, di samping juga aktivitas promosi dari usaha restoran yang cukup variatif di Tanah Air.
Sementara potensi sumber bahan baku ikannya juga sangat besar. Di Singaparna, Tasikmalaya saja, kapasitas produksinya dapat mencapai lebih dari 10.000 kardus ikan nilem goreng yang sudah siap saji. Karena di daerah itu banyak kolam ikan.
Selain di Tasikmalaya, terdapat kolam dengan luasan rata-rata 2.000 m2 terdapat di Sukabumi dan daerah lainnya di Jawa Barat maupun Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan potensi area budi daya ikan nilem yang cukup prospektif.
Sebagai percontohan di Singaparna telah terbentuk wadah bagi para pembudi daya dan pengolah ikan nilem, yang diberi nama kelompok tani ikan nilem yang diberi nama Kelompok Tani Ikan Mulya Abadi Singaparna Tasikmalaya.
Potensi bahan baku
Kelompok petani ikan beranggotakan 25 orang pembudi daya kolam dan pengurus kelompok itu telah memproduksi ikan nilem goreng untuk dikonsumsi sebagai maknan ringat atau lauk teman makan nasi.
Bahkan, produk ikan nilem goreng produk kelompok petani ikan Mulya Abadi itu telah didaftarkan ke Departemen Kesehatan sebagai makanan yang layak dikonsumsi manusia. Penetapan tersebut berdasarkan Surat Depkes No.004/10.23/02/2003.
Ateng yang juga menjabat sebagai manajer Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TAAT-TMII), mengatakan keberadaan usaha ikan nilem goreng dapat terus dikembangkan karena potensi bahan bakunya cukup melimpah di Tanah Air.
"Persoalan yang sering dihadapi masyarakat pengolah ikan nilem goreng adalah pemasaran produknya dan kendala finansial untuk pengembangan usaha," kata Ateng Gurnia Jagatraya.
Proses budi daya ikan nilem relatif sederhana dan cepat panen, karena untuk pembesaran hingga sebesar ibu jari orang dewasa yang siap digoreng itu hanya membutuhkan waktu sekitar 40 hari hingga dua bulan.
Adapun kalkulasi bisnis dari produksi ikan nilem goreng itu adalah satu kuwintal (100 kg) ikan nilem basah itu di tingkat petani harganya sekitar Rp10.000-Rp12.000 per kg atau dibulatkan menjadi Rp1,2 juta per 100 kg.
Sedangkan 100 kg ikan nilem basah itu setelah digoreng menjadi menjadi sebanyak 30 kg yang dapat dikemas ke dalam 300 kardus berisi sekitar 16-20 ekor ikan nilem per kadus. Harga ikan nilem goreng dingkat sebesar Rp8.000 per kardus.
Jika harga satu kuintal ikan nilem basah Rp1,2 juta, maka dalam proses produksi a.l. dari proses pengolahan serta pemakaian minyak goreng dan minyak bakar dapat dibulatkan sebagai biaya produski sebesar Rp2,4 juta.
Harga jual
Dalam perhitungan tersebut, keuntungan petani tidak boleh kurang dari Rp1.000 per kardus, sehingga keuntungan yang mereka terima untuk 300 kardus itu sebanyak Rp300.000.
Artinya, rencana keuntungan bersih Rp300.000 ditambah harga ikan nilem basah Rp1,2 juta, maka jumlahnya menjadi Rp1,5 juta dan ditambah dengan harga kerdus menjadi total Rp2 juta.
Kemudian, dengan ditambah ongkos kirim dari Singaparna ke Jakarta, maka harga jualnya hingga ke Koperasi Karyawan Taman Akuarium Air Tawar--sebagai penyalur utama dan mempromosikannya-menjadi Rp6.500 per kardus.
Selanjutnya, pihak Koperasi Karyawan TAAT memberikan harga Rp7.000 per kardus kepada para pengecer dan toko untuk kemudian menjual kepada konsumen sebesar Rp8.000 per kardus.
"Koperasi TAAT sebagai penyalur utama dan mempromosikannya wajar kalau mendapat bagian Rp500 per kardus untuk kesejahteraan karyawan," Ateng seraya mengatakan harga di tingkat konsumen akhir seragam sebesar Rp8.000 per kardus.
Kalau kelompok petani ikan dapat memproduksi sebanyak 10.000 kardus per bulan maka keuntungan bersih yang dapat mereka sedikitnya Rp10 juta. Kalau dalam satu kelompok beranggotakan lima orang maka masing-masing mendapat Rp2 juta per bulan.
Menurut Kepala Bagian Promosi dan Pemasaran TAAT-TMII, Fauziah Musjaffak, pihaknya memanfaatkan sejumlah anjungan pemerintah daerah di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah untuk memasarkan dan mempromosikan ikan nilem goreng itu.
Pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Tanah Air, kata dia, dapat menjadi media promosi yang efektif untuk mensosialisasikan jenis ikan organik dan bergizi tinggi yang baik untuk dikonsumsi dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan penghasilan mereka.
Apalagi jenis ikan nilem dapat diolah menjadi berbagai kebutuhan, misalnya digoreng sebagai cemilan, atau dibuat pindang nilem dan bahkan telurnya merupakan menu istimewa yang sangat lezat.
sumber : http://www.bisnis.com